نَائِبُ الفَاعِلِ
(Naibul Fa’il)
Naibul fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul untuk menunjukkan orang yang dikenai pekerjaan.
Contoh:
ضُرِبَ الْكَلْبُ (Anjing itu telah dipukul)
يُكْتَبُ الدَّرْسُ (Pelajaran sedang ditulis)
Ketentuan-ketentuan naibul fa’il
1. Naibul fa’il merupakan isim marfu’. Asal dari na’ibul fa’il adalah sebagai obyek (maf’ul bih) yang mempunyai I’rob nashob. Tatkala failnya dihapus, maka maf’ul bih menggantikan posisi fa’il yang mempunyai I’rob rofa’.
Contoh:
نَصَرَ زَيْدٌ مُحَمَّدًا (Zaid menolong Muhammad)
Tatkala fa’ilnya dihapus, menjadi:
نُصِرَ مُحَمَّدٌ (Muhammad ditolong)
2. Naibul fa’il harus diletakkan setelah fi’il. Apabila ada isim marfu’ yang terletak di depan /sebelum fi’il maka dia bukan naibul fa’il.
Contoh:
مُحَمَّدٌ نُصِرَ (Muhammad ditolong)
مُحَمَّدٌ bukan naibul fa’il. Hal ini karena ia terletak di depan fi’il.
Naibul fa’ilnya adalah berupa dhomir mustatir yang terdapat pada fi’il نُصِرَ yang taqdirnya adalah هُوَ
3. Fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul.
Contoh:
ذَبَحَ مُحَمَّدٌ الْبَقَرَ (Muhammad menyembelih sapi)
مُحَمَّدٌ bukan sebagai na’ibul fail karena fi’il yang dipakai bukan fi’il majhul.
4. Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod
Contoh:
قُتِلَ الْكَافِرُ (Seorang kafir itu telah dibunuh)
قُتِلَ الْكَافِرَانِ (Dua orang kafir itu telah dibunuh)
قُتِلَ الْكَافِرُوْنَ (Orang-orang kafir itu telah dibunuh)
5. Bila naibul fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Bila naibul failnya muannats maka fi’ilnya mufrod muannats.
Contoh:
6. Apabila susunan sebelum fa’ilnya dihapus menpunyai dua maf’ul bih (obyek), maka setelah failnya dihapus, maf’ul bih pertama menjadi naibul fail sedangkan maful bih kedua tetap manshub sebagai maf’ul bih.
Contoh:
مَنَحَ مُحَمَّدٌ الْفَقِيْرَ طَعَامًا (Muhammad memberi orang fakir itu makanan)
Tatkala fa’ilnya dihapus, maka fi’ilnya harus dirubah menjadi bentuk majhul. Kemudian maf’ul bih pertama ( yaitu الْفَقِيْرَ ) berubah menjadi naibul fail, sehingga I’robnya menjadi rofa’. Adapun maf’ul bih ke dua ( yaitu طَعَامًا) tetap manshub sebagai maf’ul bih.
مُنِحَ الْفَقِيْرُ طَعَامًا (Orang fakir itu diberi makanan)
Dengarkan Kajian:
Print This Post 26,126 views
11th March 2009 pada waktu 5:50 pm
Assalamu ‘alaikum,
Untuk file audio bahasa arab dasar 54 dan 55 isinya kok sama?kenapa ya?
12th March 2009 pada waktu 1:13 am
Wa’alaikumussalan
Kemarin kami memang salah memberi link akhi, alhamdulillah sudah kami perbaiki, silakan kunjungi kembali…
1st June 2009 pada waktu 12:49 am
[…] jika diposisikan sebagai fi’il ma’lum, sedangkan kata مُحَمَّدٌ berkedudukan sebagai na’ibul fa’il (pengganti fa’il) dan كِتَابًا sebagai objek, sehingga arti dari kalimat di atas, […]
1st June 2009 pada waktu 4:24 pm
Asalamualaikum, ana cuman mau nanya nih, ana sekarang mau ngajarin bahasa arab dasar kepada beberapa yang alhamdulillah punya semangat belajar. nah bagusnya buku yang paling bagus dipakai u itu apa ya? tolong bantu ana, syukran atas sarannya.
1st June 2009 pada waktu 6:46 pm
#abdullah syahrul
Wa’alaikumussalam, kalau mengajar bahasa arab, kami biasa menggunakan kitab Muyassar, Mukhtarot (shorof menengah) dan Tashiil (nahwu shorof menengah) akhi.
28th October 2009 pada waktu 6:54 pm
aslm wrwb,
Ustaadz,
Secara arti apa bedanya antara
نُصِرَ مُحَمَّدٌ
dan
مُحَمَّدٌ نُصِرَ
28th October 2009 pada waktu 9:07 pm
wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Secara arti dalam bahasa indonesia sama akhi.
3rd December 2010 pada waktu 10:56 am
Aslm wr wb
Ustadz tolong irobkan kalimat ayat ini “walakin syubbiha lahum” .. biar jelas buat saya makna dari ayat ini … terimakasih yg sebesar-besarnya…
6th March 2013 pada waktu 4:41 am
salam ustaz…muhammadun nusiro…i’rob muhammadun itu apa jika tidak naibul fa’il
22nd May 2014 pada waktu 10:18 pm
@aku
kalau contoh kalimat seperti itu kata Muhammad menjadi mubtada, nusiro menjadi khobar yang bentuknya jumlah fi’liyah