web 2.0

Bahasa Arab Dasar 120: Tawabi’ Lil Majrur Dan Penutup

اَلتَّوَابِعُ لِلْمَجْرُوْرِ
Tawabi Pada Isim Majrur

1. اَلنَّعْتُ

Contoh:

هَذِهِ القِصَّةُ ذُكِرَتْ فِي حَدِيْثٍ صَحِيْحٍ (Kisah ini disebutkan di dalam hadits yang shohih)

2. اَلْعَطْفُ

Contoh:

كَتَبْتُ بِالدَّفْتَرِ وَالقَلَمِ (Aku menulis dengan menggunakan buku tulis dan pena)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 112: Tawabi Dari Isim Manshub

اَلتَّوَابِعُ لِلاِسْمِ الْمَنْصُوْب
(Tawabi’ Dari Isim Manshub)

Pembahasan tentang tawabi’ dari isim manshub telah di bahas pada pembahasan tawabi dari isim marfu’.

اَلتَّوَابِعُ

1. اَلنَّعْتُ — نَعْتٌ / مَنْعُوْتٌ

2. اَلْعَطْفُ — عَطْفٌ / مَعْطُوْفٌ

3. اَلتَّوْكِيْدُ — تَوْكِيْدٌ / مُؤَكَّدٌ

4. اَلْبَدَلُ — بَدَلٌ / مُبْدَلٌ مِنْهُ

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 77: Catatan Khusus Badal

>Catatan Khusus:

Apabila badal berupa lafadz ابن, maka mubdal minhu (yang dibadali/kata yang terletak sebelumnya) tidak boleh ditanwin, sedangkan lafadz ابن dihilangkan alifnya (menjadi بن) dan kata yang terletak setelahnya dimajrurkan sebagai mudhaf ilaih

Contoh:

مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 76: Catatan Badal

Catatan:

1. Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus bersambung dengan dhomir yang sesuai dengan mubdal minhu nya.

2. Biasanya badal ditemukan dalam suatu kalimat setelah:

a. Nama orang atau gelar

Contoh:

كَتَبَ الشَيْخُ مُحَمَّدٌ رِسَالَةً مُفِْيدَةً (Ali bin Abi Thalib berkata)

قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ (Syaikh Muhammad menulis sebuah risalah yang berfaidah)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 75: Macam-Macam Badal

1. َبَدَلٌ مُطَابِقٌ

Yaitu badal yang menggantikan kata sebelumnya (mubdal minhu) secara utuh.

Contoh:

اَلإِمَامُ أَحْمَدُ رَجُلٌ صَالِحٌ (Imam Ahmad adalah seorang lelaki yang shalih)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 74: Badal

اَلْبَدَلُ
(Badal)

Badal adalah tabi? yang disebutkan di dalam suatu kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja.

Contoh:

يَجْلِسُ الأُسْتَاذُ مُحَمَّدٌ (Ustadz Muhammad sedang duduk)

ضُرِبَ عَلِيٌ رِجْلُهُ (Ali dipukul kakinya)

Badal bisa dikenal dengan menambahkan kata “yaitu” pada terjemah kata yang digantikan.

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 73: Faidah Tambahan Taukid

Faidah Tambahan:

Apabila ditemukan kata yang bentuknya adalah mufrad akan tetapi secara makna mempunyai anggota bagian maka ia dikuatkan dengan lafazh taukid jamak.

Contoh:

جَاء الْجَيْشُ جَمِيْعُهُ

اَلأُمَّةُ الإِسْلاَمِيَّةُ جَمِيْعُهَا قَلْبٌ وَاحِدٌ

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 72: Lafazh-Lafazh Taukid

Diantara lafazh-lafazh taukid adalah:

1. نَفْسُ

Contoh:

صَامَ مُحَمَّدٌ نَفْسُهُ (Muhammad benar-benar telah puasa)

2. عَيْنُ

Contoh:

جَائَتْ مَرْيَمُ عَيْنُها (Maryam benar-benar telah datang)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 71: Taukid

اَلتَّوْكِيْدُ
(Taukid)

Taukid adalah tabi? yang disebutkan di dalam kalimat untuk menguatkan atau menghilangkan keragu-raguan dari si pendengar.

Contoh:

جَاءَ الأُسْتَاذُ نَفْسُهُ (Ustadz itu telah datang)

حَضَرَ الطُّلاَّبُ كُلُّهُمْ (Para Mahasiswa semuanya telah datang)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 70: Macam-Macam Huruf ‘Athaf

Huruf-huruf ‘athaf ada lima, yaitu:

1. وَ

Digunakan untuk sekedar menggabungkan dua kata atau lebih (مُطْلَقُ الْجَمْعِ)

Contoh:

جَاءَ مُحَمَّدٌ وَحَسَنٌ وَسَعِيْدٌ (Muhammad, Hasan dan Sa?id telah datang)

2. فَ

Digunakan untuk menggabungkan dua kata atau lebih secara berurutan dengan tanpa adanya jeda ((اَلتَّرْتِيْبُ مَعَ التَّعْقِيْبِ))

Contoh:

جَاءَ مُحَمَّدٌ فَحَسَنٌ فَسَعِيْدٌ (Muhammad datang, kemudian Hasan, kemudian Sa?id)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 69: ‘Athaf Ma’thuf

اَلْعَطْفُ
(‘Athaf)

‘Athaf adalah tabiط yang terletak setelah huruf-huruf athaf (huruf-huruf penghubung / penyambung)

Contoh:

جَاءَ عُمَرُ وَعُثْمَانُ (Umar dan Utsman telah datang)

نَامَ مُحَمَّدٌ ثُمَّ عَلِيٌّ (Muhammad tidur kemudian Ali)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 68: Faidah Tambahan Na’at Man’ut

Catatan:

1. Apabila man’ut berupa isim jama’ yang tidak berakal (جَمْعٌ لِغَيْرِ عَاقِلٍ) maka na’atnya boleh berbentuk mufrod muannats atau jama’ muannats.

Contoh:

اِنْفَجَرَتِ الْجِبَالُ الْعَالِيَةُ (Gunung-gunung yang tinggi itu meletus)

اِنْفَجَرَتِ الْجِبَالُ الْعَالِيَاتُ (Gunung-gunung yang tinggi itu meletus)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 67: Na’at Man’ut

اَلنَّعْتُ
(Na’at)

Na’at adalah tabi’ yang menyifati isim sebelumnya. Na’at bisa disebut sifat.

Contoh:

جَاءَ إِمَامٌ عَادِلٌ (Seorang imam yang adil telah datang)

تُصَلِّي مُسْلِمَةٌ صَالِحَةٌ (Seorang muslimah yang shalihah sedang shalat)

Selengkapnya… »

Bahasa Arab Dasar 66: Tabi’ Dan Tawabi’

اَلتَّابِعُ
(Tabi’)

Tabi’ adalah kata yang mengikuti hukum kata sebelumnya ditinjau dari sisi i’rab.

Contoh:

جَاءَ رَجُلٌ كَرِيْمٌ (Seorang lelaki yang mulia telah datang)

رَأَيْتُ رَجُلاً كَرِيْمًا (Aku telah melihat seorang lelaki yang mulia)

Istilahnya:

اَلْمَتْبُوْعُ = Kata yang diikuti

اَلتَّابِعُ = Kata yang mengikuti

Selengkapnya… »