Setiap jumlah yang terletak setelah isim nakiroh, maka ia adalah sifat, adapun apabila terletak setelah isim ma’rifat maka ia adalah hal.
Contoh:
سَمِعْتُ طُيُوْرًا تُغَرِّدُ (Aku mendengar burung-burung berkicau)
تُغَرِّدُ = Sifat
سَمِعْتُ الطُّيُوْرَ تُغَرِّدُ (Aku mendengar burung-burung berkicau)
تُغَرِّدُ = Hal
Selengkapnya… »
أَنْوَاعُ الْحَالِ
Macam-Macam Hal

1. Mufrod
Yaitu hal yang berbentuk tunggal. Termasuk bentuk mufrod disini adalah isim mufrod, mutsanna dan jama’.
Contoh:
أَكَلَ الْوَلَدُ قَائِمًا
(Anak itu makan sambil berdiri)
Selengkapnya… »
Ketentuan-ketentuan Hal:
1. Hal merupakan isim yang mansub.
Contoh:
صَلَّى مُحَمَّدٌ قَاعِدًا (Muhammad shalat dalam keadaan duduk)
2. Hal berbentuk isim nakiroh, sedangkan shohibul hal (isim yang dijelaskan keadaannya oleh Hal) berbentuk isim ma’rifat.
Contoh:
أَكَلَ الْوَلَدُ قَائِمًا (Anak itu makan dalam keadaan berdiri)
اَلْوَلَدُ = Shohibul hal, ma’rifat
قَائِمًا = Hal, nakiroh
Selengkapnya… »
اَلْحَالُ
(Hal)
Hal adalah isim mansub yang digunakan untuk menjelaskan keadaan fa’il atau maf’ul bih saat terjadinya fi’il (perbuatan).
Contoh:
صَلَّى مُحَمَّدٌ قَاعِدًا (Muhammad shalat dalam keadaan duduk)
ذَهَبَ مُحَمَّدٌ إِلَى الْمَسْجِدِ مَاشِيًا (Muhammad pergi ke masjid dengan berjalan)
رَأَيْتُ الأُسْتَاذَ رَاكِبًا (Aku melihat ustadz sedang naik kendaraan)
Selengkapnya… »