>Catatan Khusus:
Apabila badal berupa lafadz ابن, maka mubdal minhu (yang dibadali/kata yang terletak sebelumnya) tidak boleh ditanwin, sedangkan lafadz ابن dihilangkan alifnya (menjadi بن) dan kata yang terletak setelahnya dimajrurkan sebagai mudhaf ilaih
Contoh:
مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ
Selengkapnya… »
Catatan:
1. Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus bersambung dengan dhomir yang sesuai dengan mubdal minhu nya.
2. Biasanya badal ditemukan dalam suatu kalimat setelah:
a. Nama orang atau gelar
Contoh:
كَتَبَ الشَيْخُ مُحَمَّدٌ رِسَالَةً مُفِْيدَةً (Ali bin Abi Thalib berkata)
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ (Syaikh Muhammad menulis sebuah risalah yang berfaidah)
Selengkapnya… »
1. َبَدَلٌ مُطَابِقٌ
Yaitu badal yang menggantikan kata sebelumnya (mubdal minhu) secara utuh.
Contoh:
اَلإِمَامُ أَحْمَدُ رَجُلٌ صَالِحٌ (Imam Ahmad adalah seorang lelaki yang shalih)
Selengkapnya… »
اَلْبَدَلُ
(Badal)
Badal adalah tabi? yang disebutkan di dalam suatu kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja.
Contoh:
يَجْلِسُ الأُسْتَاذُ مُحَمَّدٌ (Ustadz Muhammad sedang duduk)
ضُرِبَ عَلِيٌ رِجْلُهُ (Ali dipukul kakinya)
Badal bisa dikenal dengan menambahkan kata “yaitu” pada terjemah kata yang digantikan.
Selengkapnya… »