web 2.0

Keutamaan MengI’rob Al-Qur’an Dalam As-Sunnah

I’rob atau mengi’rob suatu hal yang langka hari ini. Padahal ia adalah rutinitas para sahabat radhiyallahum ajma’in. Mereka memiliki rumus, tiada hari tanpa qira’atul Qur’an dan tiada hari tanpa meng’irob Al-Qur’an.

Perhatian mereka pada I’rob Al-Qur’an sangatlah dalam, lalu apakah ada ajarannya sehingga para sahabat mementingkan I’rob sedemikian rupa dan kenapa kita jarang bahkan mungkin belum pernah mendengar kebiasaan I’rob para sahabat ini ataupun perintah dan anjuran dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelum kita mulai telaah mini tentang fadhilah I’rob Al-Qur’an baiknya kita tinjau dahulu apa arti I’rob:

I’rob Menurut Ulama Nahwu

Menurut para ulama nahwu, I’rob adalah, perubahan akhir kalimat disebabkan karena jabatan kata dalam kalimat (‘amil), baik ‘amilnya itu jelas atau samar. (Syudurul Dzihab, karya Ibnu Hisyam 33 dan At-Tuhfatu As-Saniyyah Bisyarhi Al-Muqadimah Al-Jurumiyah, 16. Dinukil dari Fadhlu I’robul Qur’an Al-Karim Fi Sunnah An-Nabawiyah, karya DR. Ahmad bin Abdullah Al-Batali 8)

I’rob Al-Qur’an yaitu: Menepatkan lafadz-lafadznya secara benar, sehingga benar bacaannya, tepat pengucapannya dan sesuai dengan kaedah-kaedah bahasa Arab. (Definisi dari DR. Ahmad bin Abdullah Al-Batali)

Jadi mengi’rob adalah upaya untuk meneliti dan mengurai kaedah-kaedah tata bahasa Arab dalam kalimat supaya bacaannya, pengucapannya dan maknanya shahih.

Berikut Nash-nash dari As-Sunnah mengenai keutamaan I’rob Al-Qur’an:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله : ( أعربوا القرآن، والتمسوا غرائبه

Dari Abu Hurairah ra berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “I’roblah Al-Qur’an dan telitilah kata-kata asing (yang kamu jumpai didalamnya).”

Takhrij Hadist

Para ulama menilai ada perbedaan pendapat dalam sanadnya, demikian disampaikan oleh Imam Ad-Daruquthni dalam Al-‘Ilal, 10/365 no 2055. Karenanya ulama juga berbeda pendapat mengenai shahih atau dhaifnya hadist ini, yaitu sbb:

Yang menshahihkan:

Al-Hakim: Shahih sanadnya dan keshahihannya disepakati oleh para ulama hadist. (tetapi Al-Hakim tidak mentakhrij siapa-siapa yang ikut menshahihkan hadits ini)

Yang mendhaifkan:
– Adzhabi yang menampik Al-Hakim bahkan beliau berkata para ulama mendhaifkan hadits ini.
– Al-Bani dalam Silsilah Adh-Dhaifah 3/523 no 1346.
– Ad-Daruquthni

Dan lain-lain dari para ulama turut mendhaifkan hadits ini disebabkan ada perawi bernama Abdullah bin Muqri yang terkenal sebagai perawi yang lemah bahkan Imam Bukhari menilai hadist ini sebagai hadist mungkar. Akan tetapi seorang ulama hadits bernama Al-Hafidz Ibnu Nashir mempertahankan hadits ini dikarenakan ada saksi dari Abdullah bin Mas’ud.

عن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه مرفوعاً : ” أعربوا القرآن

Dari Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan secara marfu’, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “I’roblah Al-qur’an”.

Takhrij Hadits

Ditakhrij oleh Ath-Thabari dan Al-Mu’jam Al-Kabir, 6/150 no 8684 juga dalam Al-Mu’jam Al-Ausath, 5/351 no 7574. Tetapi para ulama mendhaifkan hadits ini karena ada perawi bernama Laits bin Abi Salim Al-Qursy.

عن عبدالله بن عباس رضي الله عنه مرفوعاً : ” أعربوا القرآن

Dari Abdullah bin Abbas meriwayatkan secara marfu; “I’roblah Al-Qur’an”

Takhrij

Menurut Al-Bani, hadits ini dhaif

عن أبي جعفر : ” أعربوا الكلام، كي تعربوا القرآن

Dari Abu Ja’far: I’roblah Kalimat supaya kalian bisa mengi’rob Al-Qur’an.

Takhrij

Ditakhrij oleh Abu Ubaid dalam Kitab Fadhailul Qur’an, bab I’robul Qur’an hal 209 dan disebutkan juga oleh As-Suyuthi dalm Al-Jami Ash-Shaghir, hal 149 no 1150.

Imam Ahmad menyatakan hadits ini diriwayatkan oleh perawi-perawi yang tsiqat, kemudian Abu Zar’ah Ad-Damsiqi menerima hadits ini. Tetapi An-Nasa’i kemudian juga ditetapkan oleh Al-Bani mendhaifkannya.

Demikian beberapa hadits mengenai keutamaan mengi’rob Al-Qur’an, sengaja kami sertakan kesimpulan takhrij hadits dengan berbagai pandangan ulama mengenai shahih dhaifnya sebab memang hadits ini sangat jarang kita temui bahkan mungkin baru bagi kita. Sebetulnya masih banyak hadits-hadits lainya dan semoga beberapa hadits ini cukup bagi kita sebagai cambuk untuk terus bersemangat mempelajari bahasa Arab supaya (salah satunya) dapat mengi’rob Al-Qur’an.

Sungguh barangsiapa yang mengi’rob Al-Qur’an dan meneliti, mengamati kata-kata asingnya akan mendapati Al-Qur’an begitu elok nan indah. Subhanallah?

Sumber: http://alghaits.wordpress.co

Print This Post Print This Post 18,009 views

Iklan Baris

Web Buletin Tauhid
Website ini adalah kumpulan berbagai artikel Buletin At Tauhid. Buletin ini diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari (YPIA) yang berpusat di Yogyakarta. Buletin ini terbit setiap Jum'at dan disebar di masjid-masjid sekitar kampus UGM.

5 Komentar Untuk “Keutamaan MengI’rob Al-Qur’an Dalam As-Sunnah”

  1. Masih kurang jelas maksud i’rob disini, bukankah untuk pengucapan, al quran kita sudah punya harakat yang sudah ditambahkan untuk orang non arab. Atau dalam pengafalan kita harus tetap menghidupkan huruf terakhir sehingga kita tahu i’rob kata terakhir yang biasanya kita matikan. Atau ada arti lain..mohon penjelasannya.

  2. #guskn
    Akhi, untuk i’rob secara lebih luas adalah mengetahui kedudukan dari setiap kata dalam kalimat, misalnya kita mengetahui kata ini berkedudukan sebagai fa’il, na’ibul fail, maf’ul dan seterusnya.. dan ini juga dibutuhkan ilmu bahasa arab untuk mengetahuinya.

  3. @guskn
    Sedikit tambahan, ada Ilmu I’rab, ada Ilmu Tajwid. Untuk membaca Al Quran dengan baik dan benar diperlukan Ilmu Tajwid, tetapi untuk menafsirkan Al Quran dengan benar, diperlukan Ilmu I’rabul Quran, sehingga bisa diketahui mana kata-kata yang Subyek ataupun Obyek sehingga tafsirannya benar. Seperti firman Allah ta’ala pada surat An Nisaa ayat 164:
    وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ
    Kalau tidak ada harakat pada lafaz jalalah, ayat ini punya 2 arti: (1) Allah berbicara pada Musa, (2) Musa berbicara pada Allah. Nah, orang2 yang ingkar bahwa Allah punya sifat berbicara, maka ia akan memngartikan ayat ini dengan arti No.2, padahal ini salah. Nah, untuk mengetahui hal seperti ini maka diperlukan Ilmu I’rabul Quran. Wallahu a’lam

  4. assalaamu alaikum warahmatullah<
    pak ustsdz ada yg saya tanyakan;
    1) Dalam QS.50:41 tertulis
    وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَّكَانٍ قَرِيْبٍ
    arti الْمُنَادِ adalah “penyeru” berati “isim fail”
    fiil madhi nya نَادَى . yang saya tanyakan : isim maf’ul nya apa ? apakah الْمُنَادَى ?

    2)Dalam QS.48:10 tertulis : عَلَيْهُ setahu saya setelah huruf jar عَلَى dhomir “hu” menjadi “hi”
    kenapa disini tetap “hu” ?
    Mohon penjelasan untuk dua pertanyaan diatas.
    Jazaakumullahu khoiran katsiira.

  5. @mas sanusi

    jawaban untuk soal pertama

    benar sekali ap yg anda utarakan

    fi’il madhi نَادَى
    fi’il mudhori يُنَادِى
    masdar نِدَاءٌ
    fa’il مُنَادٍ
    maf’ul مُنَادًى
    amr نَادٍ

    jawaban kedua

    hal tersbut bukan termasuk ilmu nahwu, melainkan dalam ilmu tajwid (cara baca)